a.k.a. Perjodohan.
Please.
Sebelumnya wajib gue klarifikasi, kalo gue sama sekali ENGGA
MENENTANG ATAUPUN BENCI sama tema cerita tentang perjodohan. Engga, ngga gitu.
Karena gue sendiri juga masih suka baca cerita tentang perjodohan, baik
yang pesan moralnya dapet banget ataupun yang cuma buat have fun aja.
Oke, sekarang mari mulai ke pembahasan.
Bagi yang suka baca novel romance di Wattpad, pasti pernah
deh ketemu cerita dengan ciri-ciri seperti berikut:
- Dijodohin
- Kawin Kontrak (atau tunangan kontrak)
- Cowok kaya raya (biasanya sih CEO, atau apalah intinya dia
orang kaya), dan cewek terlilit hutang (atau cewek sama cowoknya sama-sama
kaya)
- Hubungan mereka akan berubah dari benci jadi cinta (atau
dari yang cowoknya dingin jadi menghangat)
- dst
Sekali lagi perlu gue tekankan, gue lagi ngga menyerang para
Author yang bikin cerita dengan tema perjodohan. Ini cuma berisi opini gue,
oke?
Unsur ‘benci jadi cinta’ itu udah ngga asing lagi. Seru atau
engganya suatu kisah dengan unsur ini tergantung bagaimana para Author
‘mengemas’ kisah mereka. Tapi di sini, gue sering banget ketemu cerita
perjodohan dengan pola yang sama aja; tokoh utama cowok dan tokoh utama cewek
dijodohin>>> saling benci karena kelakuan satu sama lain >>>
ada cewek cantik yang (bisa secara sengaja ataupun tidak sengaja) ngegoda si
tokoh cowok >>> si tokoh utama cewek cemburu >>> ada cowok dari
masa lalu yang tiba-tiba ngedeketin tokoh utama cewek >>> si tokoh
utama cowok mulai cemburu >>> kedua tokoh mulai sadar bahwa saling cinta >>> penyelesaian
>>> live happily ever after
Dan, gue bosen dengan pola yang itu-itu aja.
Entah, mungkin dari kalian yang baca ini bakal teriak,
“Belagu banget sih. Lo ngga tau aja betapa susahnya para author itu buat nyari
ide dan nulis!”
Dan gue akan membalas perkataan itu dengan: Oh, please, I’m also an Author. So I do know how hard it is to write and
continue a story.
Yah, walaupun cerita gue mungkin ngga sekeren Author yang
buat cerita dengan pola di atas. Still.
Gue ngga tau kenapa kebanyakan dari mereka pada pake tema
ini. Padahal masih banyak pilihan lain yang bisa diambil. Apa mungkin, mereka
pake tema ini biar bisa lebih leluasa berbuat apapun dengan karakter mereka?
Maksudnya, gimanapun juga ceritanya kan ber-setting
di Indonesia. Adatnya masih ketimuran dan ngga boleh ada seks sebelum menikah.
Kalo misalnya pacaran, mentok-mentok skinship-nya
ya kissing (kalian bisa ngatain gue
kuno. Tapi gue kurang approve aja sama
pacaran yang model begini. Bosen dengan pola yang sama). Kalo skinship-nya lebih dari itu, ntar ceweknya bisa dipikir murahan.
Wajar.
Cuma, ayolah. Mari kita telusuri lebih lanjut. Memangnya,
cinta itu harus didasarkan dari setinggi apa skinship yang udah para karakter lakukan? Engga. Saya pikir ngga
gitu. Saya bersyukur tinggal dan besar di Indonesia yang masih punya budaya
ketimuran (walaupun sekarang budaya barat sudah merajalela), karena dengan
begitu, kita bisa lebih mengeksplor bentuk cinta lain yang tak harus saling
bersentuhan. Cinta yang seperti itu saya rasa lebih dalam. Lebih ada chemistry. Dan pembaca dibawa pada
sebuah hubungan cinta pada level yang berbeda.
Gue ngetik begini bukan berarti skinship itu ngga penting. Skinship tetep penting dalam sebuah hubungan, tapi kalo berlebihan, atau kalo cuma ada skinship tanpa ada chemistry, ceritanya ngga bakal seru (menurut gue).
Maksud gue dengan bikin post ini itu cuma pengin menyampaikan kalau sebaiknya, para Author berhenti menggunakan pola yang sama (mark my word, pola yang sama bukan tema yang sama). Iya, iya, gue tau kok betapa susahnya nyari ide, nyari inspirasi, membuat dan melanjutkan sebuah cerita. Tapi, oh dear Authors, could just please, search for another way to ‘package’ your story? Karena dengan begitu gue harap kalian bisa lebih mengembangkan dan melebarkan imajinasi kalian.
So yeah, itu aja
untuk postingan kali ini.
Sekian dan terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar