1
Lee Teuk
“Ya, ahjussi*!”
Panggilan
itu–lagi. Dilontarkan oleh seorang bocah pendek di belakangku. Bahkan tanpa
melihat pun aku juga sudah tahu siapa yang memanggilku tadi.
“Memangnya tampangku terlihat seperti ahjussi, ya?” tanyaku dengan nada bosan.
Si pendek terkekeh geli. Lalu dengan sikap-super-santainya, ia mengalihkan pembicaraan barusan.”Kau dipanggil menghadap Soo Man-ssi, mewakili Super Junior sebagai leader.” Ujarnya menghiraukan pertanyaanku. “Ayo cepat, nanti terlambat.” Cicitnya.
Aku mendengus pasrah. Mochacinno yang sudah habis di tanganku kini kubuang dalam tong sampah. Kuikuti tubuh mungil di depanku untuk berjalan menuju ruangan sang presdir SM Entertaiment. Namun seiring dengan kumelangkah, kurasakan ada sesuatu yang salah di sini. Seharusnya tidak seperti ini. Ada yang salah. Jelas ada yang salah. Dan sesaat kemudian perasaanku berubah menjadi tidak enak. Aku seperti lupa akan suatu hal. Sesuatu yang penting namun tak berhasil kutangkap bentuknya di memoriku. Aku mulai resah. Dan baru semenit kemudian aku teringat akan apa hal itu.
Aku
membalik tubuhku untuk kembali mengambil benda itu. Kupersiapkan kakiku untuk
mulai berpacu dalam lari. Namun belum ada beberapa langkah yang kudapatkan, si
Bocah Pendek tadi langsung menjegatku dengan suaranya.
“Ya, ahjussi! Mau ke mana kau?”
Aish, betapa bencinya aku dengan panggilan itu. Seperti tidak ada panggilan lain saja.
“Ah, aku balik lagi ke tempat training dulu, ya. Ada sesuatu yang tertinggal” Dustaku sekalem mungkin.
“Mwo? Mengambilnya nanti saja. Ini ada urusan penting dengan Soo Man-ssi!”
“Tapi benda ini juga penting.”
“Tapi urusan ini lebih penting”
“Kau tidak tahu seberapa pentingnya benda ini.”
“Dan kau tidak tahu seberapa pentingnya meeting ini.” Ujarnya dengan suara lebih tinggi.
Aku terdiam sesaat “Nanti aku akan menyusul. Kau duluan saja.”
Ia menautkan alisnya, merasa tercengang “Tapi presdir serta para leader boyband dan girlband lainnya sudah menunggu!”
Aku mengerinyit. Berpikir keras mana yang harus kudatangi lebih duluan. Lee Soo Man, atau benda itu. Tapi pada akhirnya aku mendengus pasrah–lagi. Kuhela nafasku untuk memperoleh ketenangan kembali. Tanpa bicara lebih lanjut, aku berjalan lagi menuju ruangan sang presdir. Tapi berbeda dengan yang tadi, kali ini lebih cepat. Sampai-sampai aku meninggalkan orang yang tadi ada di depanku.
“Ya, ahjussi! Tunggu aku.”
Aku. Benci. Panggilan. Itu.
“Pendek, sih.” Celaku untuk memancing amarahnya. Tapi bukannya marah, ia justru membalas pancinganku dengan kalemnya.
“Ya, aku tahu. Tapi kan tidak usah secepat itu jalannya” ucapnya tenang.
Aku mendengus sambil memutar bola mataku. Orang ini memang menyebalkan, menyusahkan, malah. Namun aku tidak mau repot-repot untuk meladeninya.Kuseret kakiku kembali menuju ruangan Soo Man-ssi. Setibanya di sana, aku membuka pintu ruang CEO itu dan mendapati para leader sudah siap menunggu kedatanganku—ugh, maksudnya, kami.
“Ah, Lee Teuk dan Tae yoon sudah datang rupanya.”
“Pak presdir.” Sahutku serempak dengan si pendek Tae Yoon.
“Ya, ayo duduk semuanya.” Pinta presdir Soo Man.
Kami semua duduk pada tempat yang sudah disediakan. Ekor mataku menangkap Onew yang sedang meluruskan bajunya. Di sebelahnya ada Yunho yang terlihat sangat serius dengan pertemuan ini. Dan di sebelahnya lagi ada Victoria yang merapikan rambutnya. Lalu ada Jay, ada BoA, Zhang Liyin, Iconiq, dan–oh, iya, memangnya apa yang mau di bicarakan ya?
Seolah bisa membaca pikiranku, Lee Soo Man angkat bicara, “Dengar, kalian semua. Dua hari lagi kalian harus membantu acara kampanye anti-narkoba se Asia yang di selenggarakan oleh DEA dan IDEC Far East Region.” Lee Soo Man menarik nafas sejenak“Untuk menjaga reputasi keluarga besar Star Museum Entertaiment, kalian harus membantu melancarkan kampanye itu. Sebagai publik figur, nama kalian harus di jaga untuk tetap bersih. Dan maka dari itu, mulai sekarang, berbanyak-banyaklah menyumbang bantuan pada mereka untuk mempromosikan acara ini. Dan untuk member-member yang sedang mengganggur, akan sangat dianjurkan untuk mengikuti kampanye ini.”
Semua orang terdiam tanda mengerti. Lalu, Victoria Jung mengangkat tangannya dan bertanya “Jadi, kita hanya harus mempromosikan dan mendatangi acara kampanye tersebut kan? Tapi, apa member boyband dan girlband yang lain juga harus ikut?” tanyanya, polos.
“Tentu saja. Aku memanggil para leadernya kemari agar kalian memberitahu hal ini pada member-member lainnya.” Ungkap Lee Soo Man.
Semuanya menggangguk mengerti. Lalu seseorang pun bertanya kembali.
“Maaf, tapi, apakah ada pengumuman lain, Soo Man-ssi?” pertanyaan itu keluar dari mulut Yunho.
Lee Soo Man menggeleng. “Tidak ada. Sekarang kalian semua boleh kembali ke tempat masing-masing.”
Dan kami pun mulai melangkah keluar pintu.
“Kecuali kau, Lee Teuk.”
Aku menahan nafasku. Kulirik Lee Soo Man lewat ekor mataku.
“Kembalilah untuk duduk. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.” Dan ketika berucap seperti itu, wajahnya terlihat sangat serius sekali. Yah, memang bukan wajah serius seperti mafia yang ada di televisi, sih. Tapi wajah serius Lee Soo Man yang satu itu selalu berhasil membuatku–bahkan seluruh staf SM Entertaiment lainnya–menelan ludah panik.
Aku kembali duduk pada tempatku tadi. Mulai bertanya-tanya hal apa yang ingin dibicarakan. Dan menarik nafas karena aku tahu kalau ini akan menjadi pembicaraan yang panjang. Beberapa menit kemudian, ketika Lee Soo Man masih bicara, entah mengapa, aku sadar bahwa aku belum mengambil benda yang tadi tertinggal di tempat latihan! Oke, ini gawat, aku panik. Sepanjang waktu bergulir aku hanya terus memikirkan benda itu. Oh, Tuhan, bagaimana jika benda itu dilihat orang? Yah, aku harap belum ada yang melihatnya. Tapi kalaupun ada, aku harap mereka hiraukan saja benda itu. Benda itu kan tidak penting bagi mereka.
“Kau dengar kan, Lee Teuk?”
Aku hanya menggangguk.Dan sejurus kemudian baru sadar apa yang telah kulakukan.
“Oh, Lee Soo Man-ssi, maaf, aku tadi. . .aku tadi hanya ....” Aku membeo. Kehabisan kata-kata. Tidak tahu apa yang benar-benar harus dikatakan. Demi Tuhan! barusan aku mengacuhkan perkataan Lee Soo Man! PERKATAAN LEE SOO MAN!
CEO SM Entertaiment itu hanya mendengus kesal. “Jangan layangkan pikiranmu ke alam lain. Aku tidak mau mengulang perkataanku lagi.”
“Soo Man-ssi, sungguh, aku sangat minta maaf.” Ujarku memasang raut memelas.
Lee Soo Man menghela nafas.
Dan aku mengutuki diri sendiri.
“Dengar, Lee Teuk. Kau, sebagai leader dari Super Junior harus bertanggung jawab atas member-membermu yang lain.”
Aku menggangguk pasti.
“Dan, jika ada yang mulai menyeleweng dari tugas, kau pasti tahu apa yang harus di lakukan, bukan?”
Aku mengangguk lagi.
“Pada saat kampanye itu berlangsung, kau harus awasi member-membermu.”
Ya, Lee Soo Man. Aku selalu melakukannya setiap hari.
“Terutama yang suka buat ulah.”
Aigoo, ternyata ini arah pembicaraanya.
“Tenanglah, Soo Man-ssi.” Ucapku menenangkan“Aku pasti akan mengawasi mereka, kok. Lagipula, tingkat ke-isengan mereka itu masih manusiawi dan tidak di luar batas. Jadi, kau tidak perlu mengkhawatirka—“
“Bukan itu arah pembicaraan ini, Lee Teuk.”
Keningku bertaut.
“Sebenarnya, ada yang meresahkanku semenjak gosip itu beredar.”
Err, kenapa arah pembicaraannya jadi tentang gosip?
“Dalam waktu dekat ini, mungkin ...”
Aku memandanginya serius.
“Membermu yang satu itu ....”
Keningku semakin bertaut.
“–Akan jatuh cinta.”
Aish, ini sungguh menyebalkan. Kenapa gaya bicara Lee Soo Man mendadak jadi misterius begini? Lagipula member yang mana sih? Kok pembicaraannya jadi ngelantur seperti ini? Ada apa dengan gosip-gosip belakangan ini? Apakah ada berita yang menyatakan Ryeowook jadian dengan Yesung? Atau salah satu member SuJu akan masuk We Got Married dan jatuh cinta–eh, maaf, itu aku. Tapi yang di maksud oleh Lee Soo Man itu siapa? Siapa yang akan jatuh cinta dalam waktu dekat?
“Dia sudah memiliki segalanya.” Desah sang CEO “Yang kurang dalam hidupnya hanyalah cinta.”
“Uh, maaf, tapi siapa yang anda maksud?” tanyaku dengan rasa penasaran membumi.
Sang CEO SM Entertaiment terdiam sejenak. Lalu ia mendongkak dan mengatakan...
.
.
.
.
.
.
Kenapa
harus aku yang mengurusinya masalah ini, sih?
*Ahjussi: Laki-laki yang sudah tua, paruh
baya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar