2
Cho Kyu Hyun
Seulas seringaian terbentuk di bibirku.
Aku menarik nafas lega setelah membunuhnya. Kusandarkan diriku ke tembok
untuk melihat tubuhnya berserakan. Dan aku meneguk rasa kemenangan itu dengan
puas
Akhirnya, tamat juga riwayatnya.
Aku tergoda untuk melakukannya lagi. Tebasan terakhir barusan sangat
seru di lihat. Menginginkanku untuk mencecap kemenangan itu lagi dan lagi.
Namun aku tahu aku harus berlanjut. Aku tidak bisa di sini terus. Aku harus mencari
lawan yang lainnya. Lawan yang seimbang. Lawan yang akan kuingat-ingat sampai
akhir hayatku. Maka dari itu, aku pun
pindah ke tempat selanjutnya. Memilih-milih siapa yang akan jadi lawan tarungku
nanti. Lalu melayangkan tebasan beruntun yang menjadi cara favoritku untuk
menghabisi lawan. Dan ketika saat itu tiba ....
“Kyu Hyun, Game-nya di save dulu ya. Nanti kalau sudah selesai
baru dilanjutkan. Ayo cepat,
member yang lain sudah menunggu.”
Ah, itu tadi suara Sung Min-hyeong. Ia memang rajin buat sweeping member-member yang lain. Dan ngomong-ngomong, di saat
seperti ini, biasanya aku akan langsung kesal. Alasannya? Sederhana saja, kok.
Aku sedang asik-asik main game dan tiba-tiba ada yang menggangguku. Itu adalah
hal yang sangat menyebalkan, setidaknya, bagiku. Tapi kali ini, aku tidak merasa
kesal ataupun marah. Alasannya lagi? Karena yang memanggilku itu Sung Min-hyeong, bukan member lain. Sung Min bisa diibaratkan sebagai malaikat yang mampu
menyaingi sifat iblisku. Ia bisa dengan mudahnya membuatku langsung terlena
oleh negosiasinya. Maka dari itu, anggota SJ yang lainnya harus
bersyukur. Karena, mungkin, jika yang
menghampiri adalah member yang lain dan bukan Sung Min, mungkin aku akan merasa
kesal. Dan jika aku merasa kesal, aku akan langsung
membuat rencana licik untuk mengerjai mereka. Hohohoho.
“Sebentar hyeong. Biar
kubereskan dan ku save game-ku dulu.”
Balasku sepolos mungkin.
Sung Min menggangguk dan menungguku. Lalu setelah aku selesai saving game-ku serta mematikan komputerku.
Aku langsung mengikuti Sung Min menuju tempat latihan.
Dan, yah, sesuai dugaanku. Ketika sampai di sana, kulihat beberapa member
yang lain masih belum datang. Aku pun mulai mendekati seorang lelaki untuk ikut
stretching badan dengannya.
“Oh, Kyu. Kau sudah datang ya.” Sapa lelaki itu.
“Ya, begitulah. Aku mau ikut pemanasan denganmu, hyeong.”
“Hm. Silahkan.”
Kuregangkan tubuhku agar lebih lentur. Lalu kumulai pemanasan-pemanasan
singkat yang sering dilakukan member kami sebelum berlatih. Beberapa menit
kemudian, lelaki di sebelahku sudah selesai dengan pemanasan kecilnya. Sekilas mataku
memandangi tubuhnya yang ramping dan berotot itu. Dan, oh, aku jadi sangat iri
dengan six-packnya.
“Ya, Siwon-hyeong. Apakah ada trik-trik khusus
untuk membuat tubuhmu six-pack begitu?” tanyaku pada Choi Siwon.
“Sebenarnya, tidak ada. Kalau kau mau seperti ini, kau harus mau kerja
keras dengan berolahraga di gym dan
mengontrol asupan makananmu.” Jawabnya sambil melakukan gestur-gestur tangan.
Sebenarnya, aku sih mau-mau saja ikut latihan di gym seperti Siwon-Hyeong.
Tapi, jika waktunya bertabrakan dengan waktu
main-game-sepuasnya-tanpa-ada-yang-mengganggu milikku, sepertinya, sayang, ya. Jadi, aku harus
menolaknya karena aku tidak mau menghabiskan waktuku dengan serangkaian
olahraga membosankan hanya demi sebuah six-pack. Waktuku akan kuhabiskan dengan
bermain game, bermain game, bermain game. Lagipula ‘kan, sebagai member boyband
terkenal di dunia yang sudah perform
di Madison Square Garden, aku tentu sulit sekali mendapatkan waktu luang. Jadi,
ketika sudah mendapatkannya, aku harus menggunakan waktu itu sebaik mungkin.
Salah satu caranya ya, bermain game.
“Kau sudah selesai, Kyu?”
Aku mendongak ketika sebuah suara yang familier memanggil namaku.
“Uh, huh.” Jawabku dengan nada lebih terdengar seperti bergumam daripada
menjawab.
“Baiklah, ayo semuanya duduk dulu. Aku ada pengumuman penting.”
Decitan sepatu dan debukan pelan mulai terdengar secara beruntun dan tak
teratur. Aku menjatuhkan diri untuk duduk di samping Hyeong-ku yang lain. Tubuh lelaki ini sedikit mungil. Rambutnya agak berantakan. Memiliki
sifat yang sangat unik (baca: aneh). Dan
ia selalu mengeluarkan aura tidak menyenangkan bagi Siwon-Hyeong. Ia sangat menyayangi piaraannya bak menyayangi seorang
pacar. Tapi dibalik ke’unik’annya, ia tetaplah menjadi idola wanita. Namanya
itu–
“Ya, Kyu Hyun. Kenapa kau
memandangiku seperti itu?”
Setiap kali aku tersentak kembali ke permukaan, hal yang pertama kali
kurasakan itu selalu sama. Malu. Aku ini masih normal, aku jelas memerhatikan hyeong-ku bukan karena aku naksir
padanya (Yang benar saja!), tapi karena aku sering memiliki perasaan aneh yang
selalu datang ketika aku melihat wajahnya. Bukan, bukan. Aku memerhatikan
wajahnya bukan karena aku gay atau
semacamnya (Hanya sekedar mengingatkan, walaupun aku gay sekalipun, aku tidak akan sudi jatuh cinta
padanya), melainkan karena wajahnya mengingatkanku pada seseorang. . .
Ya . . . . seseorang . . . .
Seseorang yang mungkin pernah kukenal atau mungkin tidak pernah kukenal
sama sekali. Tapi, entah mengapa, aku yakin aku pernah bertemu seseorang dengan
wajah seperti Hyeong-ku yang satu
ini.
“Ya, Kyu!” Sahutnya lantang.
“Uh, oh, maafkan aku, Yesung-hyeong.”
Yesung memandangku dengan alis bertaut. Ia membuat sebuah wajah yang
pasti akan langsung di teriaki oleh para fansnya. Sebuah wajah yang menyiratkan
kehati-hatian, kewaspadaan dan keheranan. Oh, Yesung-hyeong, kau wajib tahu dan mengerti kalau sang magnae termuda Super Junior ini bukanlah pecinta sesama jenis!
“Ya, kalian berdua. Ada apa
tadi? Aku ini ‘kan ingin bicara, kenapa kalian malah asik sendiri?” tanya sang boyband leader kami.
“Oh, itu. Kyu dari tadi memandangiku. Perasaanku langsung merasa tidak
enak dipandangi oleh sesama lelaki seperti itu. Tapi tenang saja kok.
Masalahnya sudah selesai” Terang Yesung secara sadis tanpa mengasihani aku yang
terus menahan rasa malu. Tapi rasa malu itu lama-lama kuabaikan karena aku
entah mengapa langsung memikirkan game. Jadi ketika aku sadar para hyeong-ku sedang asik menertawaiku, aku
malah cuek saja dan melayangkan pikiranku kembali pada game-game yang kucinta.
Oh, game. Betapa aku sangat ingin memainkanmu kembali!
“Ah, kalau begitu, aku akan langsung mengumumkan suatu pengumuman dari
CEO kita,” Lee Teuk berdeham sejenak. “Jadi, dua hari lagi akan ada kampanye Anti-Narkoba
se-Asia yang di selenggarakan oleh DEA dan IDEC Far East Region. Dan kita,
sebagai bintang-bintang terkenal dari SM Entertaiment, harus membantu dan
mendukung kampanye tersebut sebagai tanda kepedulian kita terhadap hidup sehat.”
Lee Teuk Tersenyum sesaat sebelum melanjutkan,“Yah, memang harus diakui, Super
Junior itu kurang
lebih sudah dikenal dunia dengan gaya hidup mereka yang sehat. Tapi ‘kan, kita harus tetap berperan aktif
dalam kampanye-kampanye itu sebagai wujud keaktifan kita dalam bergaya hidup
sehat, bukan?”
Semua orang di ruangan menggangguk setuju. Lalu semua perhatian tersita
pada salah satu hyeong-ku yang
dikenal sebagai Prince Charming yang super
duper perfect oleh fansnya.
Siwon mulai melakukan gestur-gestur tangan sebelum memulai perkataannya–seperti
biasa. Lalu ia berdeham sesaat dan berkata,“Jika kampanye Anti-Narkoba itu
dilakukan di se-Asia, apakah itu berarti. . .” Lelaki itu memberi jeda yang membuat suasana
menjadi aneh dalam
definisi apapun “Duta Anti Narkobanya juga ikut datang?” tanya lelaki itu dengan
nada yang juga. . . . aneh.
“Ya, tentu saja.” Jawab Lee Teuk, ragu. Lelaki itu terlihat resah saat
menjawab pertanyaan Siwon. Seperti waspada akan suatu hal buruk yang mau
menimpanya.
“Ah, Teuki-hyeong. Memangnya
Duta Anti narkobanya itu siapa?” tanya Eun Hyuk penasaran. Dan hal itu membuat
perhatian Lee Teuk seketika teralih oleh pertanyaan dongsaengnya barusan.
“Hyeong, apakah kita harus
mempromosikan acara ini?” yang satu itu keluar dari mulut Ryeowok.
“Hyeong, apakah kita harus perform di acara itu?” kalau yang ini dari
Dong Hae.
“Teuki-hyeong, apakah kita
wajib hadir dalam acara tersebut?” sementara yang ini dari Shin Dong.
“Apakah artis-artis SM yang lain juga akan ikut atau hanya Super Junior
saja?”
“Ya, hyeong. Jawab pertanyaanku dulu.”
“Hyeong, sebagai leader yang
baik, kau harus jawab pertanyaanku juga.”
“Hyeong, pertanyaanku cukup
penting, jadi jawab pertanyaanku dulu saja.”
“Jangan mau, hyeong. Yang
ada pertanyaanku dululah yang harus dijawab duluan.”
“Itu tidak bisa. Kalian harus mempersilakan yang lebih tua duluan dong.”
“Tapi ‘kan aku yang bertanya duluan.”
“Tapi ‘kan aku yang paling tua.”
“AAAHH. Ini sungguh tidak adil!”
Bla.
Bla.
Bla.
Bla.
Bla.
Sudah menjadi rahasia umum kalau member-member Super Junior itu sering
bertengkar satu sama lain. Lee Teuk menggambarkannya pada media massa sebagai
wujud ‘kasih sayang’ antar sesama anggota. Namun walau begitu, leader Super
Junior yang satu ini pasti akan selalu kewalahan jika ‘wujud kasih sayang’ ini
sudah dimulai antara member satu dengan member lainnya. Dan pada saat-saat
seperti ini, aku yakin Lee Teuk akan langsung mengeluarkan kalimat favorit
andalannya, yaitu, “Berhentilah
Bertengkar! Kalian ini bukan anak kecil! Kalian bikin sakit kepala saja! Oi, aku bilang
berhenti sekarang juga!!”
Dan di saat ini aku bisa mencuri-curi waktu untuk memainkan game-ku.
Untung saja tadi aku bawa PSP. Jadi aku bisa mengisi waktuku dengan hal-hal
yang kusenangi, seperti main game, misalnya.
Ketika tombol on telah
kunyalakan dan aku sudah siap terjun dalam dunia game-ku, dua orang memojok dan mulai membicarakan beberapa
hal. Kupingku siap untuk menangkap apa yang mereka katakan sebagai bahan-bahan
untuk kebutuhan mendesak di masa yang akan datang, seperti, mengerjai mereka.
hohohohoho
Aku tersenyum bahagia. Dan sedetik kemudian aku melihat refleksiku di
cermin. Aku pun langsung sadar bahwa itu bukan senyuman kebahagiaan, melainkan
seringaian licik orang-orang jahat yang ada di kartun anak-anak. Yah, memang
bukan hal baru bagiku jika aku melihat refleksi jahat bin jail milikku.
“Ah, aku baru sadar. Sepertinya ada yang hilang di sini.”
Pandanganku langsung teralih pada dua orang yang bercakap-cakap itu.
“Memang apa yang hilang?” tanya orang di sebelahnya. Dan aku tahu kalau
suara itu adalah suara Kang In.
“Sepertinya ada member yang tidak masuk. Aku barusan menghitung jumlah
member di sini dan yang kudapati hanya 12 orang.” Jawab suara yang aku yakini sebagai Hee
Chul.
“Eh benarkah? Tapi ‘kan tadi semua member sudah di absen dan semuanya
hadir.”
“Ya, itulah yang membuatku heran. Siapa ya, yang kurang.”
Mereka berdua terdiam. Begitu juga dengan aku yang langsung memikirkan
siapa yang menghilang seketika. Dan pada saat itu juga, pikiranku menyebut nama
yang sama seperti yang Hee Chul dan Kang In sebut.
“Choi Siwon.”
Ya, betul sekali. Sepertinya lelaki itu menghilang di telan bumi setelah
ia menggunakan nada aneh dalam pertanyaannya itu.
Nada aneh dalam pertanyaannya itu.
Nada . . . yang
aneh.
Nada itu terdengar asing di telingku. Choi Siwon tidak pernah
menggunakan nada seasing itu. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Tapi
yang jelas, aku tahu pasti mengenai satu
hal;
“Ada yang tidak beres dengan Choi Siwon.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar